Citra artinya bayangan atau imajinasi
sesungguhnya imajinasi tiada lain adalah satu jenis bayangan yang dihasilkan
oleh cermin fikiran. Segala sesuatu yang tampak selain Ia adalah citra. Adalah
bayangan. Hanya eksis secara subyektif. Semua kulit-kulit yang kita lihat
selain Ia adalah citra, adalah khayalan. Dimitri sebagai “dimitri” dengan
keapaan atau batasan-batasannya sebagai “dimitri” yang Anda lihat saat ini
adalah khayalan. Artinya dilihat dari Obyektifitas yang Maha Obyektif “dimitri”
adalah suatu khayalan atau citra yang subyektif. Dan bukan berarti bahwa secara
“obyektif praktis”, “dimitri” tidak ada. Karena sebenarnya alam
“obyektif-praktis’ yang kita rasakan sehari-hari ini suatu alam subyektif yang
memiliki “derajat obyektifitas” tertentu.
          Pandang Segala Sesuatu sebagai
Sesuatu, maka hakikatnya bukan lain adalah Wujud Maha Gemilang Yang Maha
Mutlak. Kenapa? Telah dibuktikan bahwa Hanya Ia yang Ada secara Obyektif, dan
selain Ia tiada secara Obyektif. Jika hakikat, dari segala sesuatu bukanlah
Keberadaan itu sendiri (wujud qua wujud atau wujudun bima huwa wujudun), maka
dari mana Segala Sesuatu tersebut memiliki keberadaan? Dan jika Segala Sesuatu
tersebut tidak memiliki keberadaan maka ia tidak ada dan ini tidak mungkin.
          Jadi segala sesuatu yang tampak di
mata ataupun tersirat di hati ataupun terdengar di telinga ataupun terasa di
pembuluh dara, ataupun segala sesuatu yang ada di alam obyektif-praktis ini
tiada lain hanyalah Citra buhulan Terang. Citra buhulan pancaran Cahaya Wujud
Mutlak yang terpancara dari Wujud Tunggal ke alam ketiadaan mutlak (Al-;adam
Al-muthlaw, -atau nothingness).
Cahaya tersebut terpancar dalam imajinasi, memunculkan berbagai “keberadaan”
wujud-wujud yang mungkin, dan berbagai wujud-wujud yang mungkin tersebut lebih
lanjut menjadi cermin dan prisma yang membiaskan –Cahaya tersebut menjadi
Lautan Gemilang Cahaya. Di antara Cahaya-Cahaya tersebut jika terbuhul
(terikat) dengan suatu struktur-struktur tertentu muncullah citra-citra.
Citra-Citra muncul seperti buih yang muncul di lautan. Citra-Citra adalah
buih-buih dalam lautan Wujud Cerlang Gemilang.
          Jadi jauhar dari Segala Sesuatu adalah
Dzat Tuhan Yang Maha Agung, -Sang Wujud Mutlak Yang Maha Tunggal Yang Tiada
Terbagi oleh berbagai penyifatan-, Tapi tidak ada satu bagian apapun yang
tampak oleh indera maupun fikiran kita dari alam ini yang dapat diidentikkan
dengan Tuhan. Segala Sesuatu adalah Tuhan, tapi tidak ada sesuatu apapun yang
masih mungkin dicerap oleh indera maupun fikiran kita yang identik dengan
Tuhan. Inilah yang mungkin sering disebutkan dengan istilah “Huwa/Laa Huwa,-
Dia dan tidak Dia-“. Segala Sesuatu adalah Ia, tapi tidak ada sesuatu apapun
yang ada dalam kejamakan ataupun keduaan ini yang identik dengan Ia. Tidak
suatu konsepsi subyektif siapapun yang mampu mencerap pengertian yang sempurna
tentang Ia, Wujud Yang Maha Sempurna dalam KeTunggalan dan KeTakterbagiannya.
Mungkin inilah yang dimaksudkan dengan kalimat “Ma arrafnaka bihaqqi
ma’rifatik, -Tidak-lah kami kenali diriMu dengan pengenalan yang sebenarnya-“
atau dengan kalimat “Duhai Yang senantiasa kurindukan tanpa pernah
kubayangkan”.
          Jadi kesimpulannya? Seluruh apapun
yang dituliskan dalam makalah ini tentang Ia pasti tidak bisa menggambarkanNya
sebagaimana adaNya! dan apa artinya, anggap saja seluruh  isi makalah ini adalah hiburan lepasa senja
yang tidak mengandung Kebenaran sama sekali! Sebagaimana yang telah dikatakan
oleh Guruku tct, Maulana Rumi, “Sesungguhnya para filosof itu berdiri di atas
kaki kayu”. Bagaimana mungkin “melihatnya” dengan cara apapun kecuali dengan
“PenglihatanNya” ? “Yaa man laa ya’lamu ma huwa wa laa KAIFA huwa wa laa aina
huwa wa laa HAITSU huwa illa huwa”.
Dan
kepadaNyalah aku berlindung dari keburukan segenap kebodohan kami, dan Semoga
keberkahan Sholawat kepada Nabi dan Ahlul Baitnya yang suci senantiasa bagi
kita semua.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar